SURABAYA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai bakso bisa menjadi senjata diplomasi berbasis kuliner untuk mempopulerkan Indonesia di mata dunia, bersama nasi goreng, rendang, dan sate, serta berbagai jenis kuliner khas Indonesia lainnya. Bahkan Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama merupakan salah satu penggemar bakso. Menunjukan bahwa citarasa bakso sesungguhnya dapat diterima oleh lidah warga dunia.
“Segar, nikmat, dan lezat, adalah tiga hal yang bisa menggambarkan suasana hati ketika memakan bakso. Dari mulai anak kecil hingga dewasa, menyukai bakso dengan beragam sajian. Membuka usaha kuliner seperti bakso tak akan rugi jika dilakukan dengan kesungguhan hati. Selain bisa meningkatkan taraf hidup pedagang, berjualan bakso juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi warga,” ujar Bamsoet saat menghadiri Acara Penggalangan Koin Peduli dan Santunan Anak Yatim Piatu yang diselenggarakan Komunitas Pedagang Bakso Nusantara (KPBN), MPR Rai, BPIP dan Generasi Lintas Budaya di Bekasi, Rabu (2/9/20).
Turut hadir Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi, Sekretaris Utama BPIP Dr. Karjono, Ketua Umum dan Sekjen Gerakan Keadilan Bangun Solidaritas (GERAK BS) Dwi Aroem Hadiatie dan Ratu Dian, Penanggung Jawab Generasi Lintas Budaya (GLB) Raja Asdi, Ketua Umum KPBN Nardi dan ratusan anggota KBPN.
Ketua DPR RI ke-20 ini mengapresiasi paguyuban pedagang bakso atau KPBN yang memberikan santunan kepada anak yatim dan piatu. Mengakomodir berbagai sumbangan dari pedagang bakso se-Jabodetabek, KPBN telah menunjukan semangat Pancasila, semangat gotongroyong membantu sesama anak bangsa.
“Terdapat sekitar 2,5 pedagang bakso yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang tergabung menjadi anggota KPBN. 10 persen dari mereka adalah pengusaha bakso papan atas yang memiliki banyak cabang dan restouran. Lalu 20 persen yang mangkal atau punya warung, dan 70 persen atau mayoritas adalah pedangan bakso dorong dan pikul. Jika diasumsikan Omset per hari mereka rata-rata Rp 400.000 saja, maka perputaran uang para pedagang bakso ini bisa mencapai Rp.1 triliun. Jadi tidak main-main peran mereka dalam mengakselerasi perekonomian nasional, khususnya di arus bawah,” tutur Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memandang, sektor kuliner terbilang cukup tangguh dalam menghadapi pandemi Covid-19. Karena turut ditopang penjualan online melalui berbagai platform seperti go food maupun grab food. Sehingga warga tak perlu keluar rumah, tinggal klik aplikasi di handphone, bakso ataupun makanan lainnya sudah bisa sampai di depan pintu rumah.
“Namun bukan berarti para pedagang bakso tak kewalahan. Penurunan penjualan tetap terjadi, karena warga tak bisa lagi menikmati bakso sebagai sarana berkumpul. Karenanya, dukungan bantuan dari pemerintah untuk UMKM sangat dibutuhkan. Dari anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp 695,2 triliun, sektor UMKM mendapatkan bantuan sekitar Rp 68,2 triliun. Antara lain Rp 34,15 triliun untuk subsidi bunga, Rp 28,06 triliun untuk insentif pajak PPh 21 DTP dan PPh final UMKM DTP, serta Rp 6 triliun untuk penjaminan untuk kredit modal kerja baru UMKM,” papar Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini mendorong KPBN mendata siapa saja pedagang bakso yang terkena imbas paling parah akibat pandemi Covid-19. Sehingga bisa diajukan untuk menerima bantuan dari anggaran PEN.
“Itulah gunanya berorganisasi. Seperti sebatang lidi, jika sendirian tak memiliki kekuatan. Namun jika berkumpul dan disatukan dalam satu ikatan, akan memiliki kekuatan yang hebat. Melalui keanggotaan di KPBN, para pedagang bakso tak hanya akan memperluas relasi usaha dan persaudaraan, namun juga memperluas kesempatan memperoleh berbagai manfaat dari kebijakan pemerintah,” pungkas Bamsoet.